Apa Itu Diabetes (Gula Darah Tinggi)?
Diabetes atau penyakit gula (gula darah tinggi) adalah penyakit kronis (jangka panjang) yang perlu kamu waspadai.
Adapun tanda utama dari penyakit ini adalah meningkatnya kadar gula darah (glukosa) melebihi nilai normal.
Kondisi ini terjadi ketika tubuh pengidapnya tidak lagi mampu mengambil gula (glukosa) ke dalam sel dan menggunakannya sebagai energi.
Kondisi ini pada akhirnya menghasilkan penumpukan gula ekstra dalam aliran darah tubuh.
Penyakit diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan konsekuensi serius, menyebabkan kerusakan pada berbagai organ dan jaringan tubuh.
Contohnya organ seperti jantung, ginjal, mata, dan saraf. Ada dua jenis utama diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.
Jika dijabarkan, berikut adalah penjelasan mengenai keduanya, yaitu:
- Diabetes tipe 1. jenis ini adalah penyakit autoimun, artinya sistem imun tubuh akan menyerang dirinya sendiri. Pada kondisi ini, tubuh tidak akan memproduksi insulin sama sekali.
- Diabetes tipe 2. Pada jenis diabetes ini, tubuh tidak membuat cukup insulin atau sel-sel tubuh pengidap diabetes tipe 2 tidak akan merespons insulin secara normal.
Penyebab Gula Darah Tinggi (Diabetes)
Kadar gula darah normal yaitu kurang dari 100 mg/dL. Apabila kadar gula darah sudah mencapai 100-125 mg/dL berarti masuk status prediabetes.
Sementara itu, kadar gula darah yang mencapai 126 mg/dL ke atas sudah tergolong diabetes. Kadar gula darah tinggi dikenal sebagai hiperglikemia.
Pada dasarnya hiperglikemia adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah meningkat atau berlebihan.
Sementara itu diabetes merupakan penyakit yang sebagian besar dipengaruhi oleh hiperglikemia.
Penyebab gula darah tinggi dari penyakit gula terjadi akibat adanya gangguan dalam tubuh. Sebab, kondisi ini membuat tubuh tidak mampu menggunakan glukosa darah ke dalam sel.
Alhasil, glukosa menumpuk dalam darah. Pada penyakit gula tipe 1, gangguan ini terjadi akibat sistem kekebalan tubuh yang biasanya menyerang virus atau bakteri berbahaya lainnya, malah menyerang dan menghancurkan sel penghasil insulin.
Akibatnya, tubuh kekurangan atau bahkan tidak dapat memproduksi insulin sehingga gula yang seharusnya diubah menjadi energi oleh insulin, menyebabkan terjadinya penumpukan gula dalam darah.
Sedangkan pada penyakit gula tipe 2, tubuh bisa menghasilkan insulin secara normal. Terapi, insulin tidak dapat tubuh gunakan secara normal. Kondisi ini dikenal juga sebagai resistensi insulin.
Faktor Risiko Gula Darah Tinggi (Diabetes)
terdapat beberapa faktor risiko penyakit gula tipe 1, antara lain:
- Faktor riwayat keluarga atau keturunan, yaitu ketika seseorang akan lebih memiliki risiko terkena diabetes tipe 1 jika ada anggota keluarga yang mengidap penyakit yang sama, karena berhubungan dengan gen tertentu.
- Faktor geografi, orang yang tinggal di daerah yang jauh dari garis khatulistiwa, seperti di Finlandia dan Sardinia, berisiko terkena diabetes tipe 1. Hal ini disebabkan karena kurangnya vitamin D yang bisa didapatkan dari sinar matahari, sehingga akhirnya memicu penyakit autoimun.
- Faktor usia. Penyakit ini paling banyak terdeteksi pada anak-anak usia 4–7 tahun, kemudian pada anak-anak usia 10–14 tahun.
- Faktor pemicu lainnya, seperti mengkonsumsi susu sapi pada usia terlalu dini, air yang mengandung natrium nitrat, sereal dan gluten sebelum usia 4 bulan atau setelah 7 bulan, memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia, serta menderita penyakit kuning saat lahir.
Sementara itu, berikut adalah beberapa faktor risiko dari penyakit gula tipe 2, antara lain:
- Berat badan berlebih atau obesitas.
- Distribusi lemak perut yang tinggi.
- Gaya hidup tidak aktif dan jarang beraktivitas atau berolahraga.
- Riwayat penyakit diabetes tipe 2 dalam keluarga.
- Ras kulit hitam, hispanik, Native American, dan Asia-Amerika, memiliki angka pengidap lebih tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih.
- Usia di atas 45 tahun, walaupun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi sebelum usia 45 tahun.
- Kondisi prediabetes, yaitu ketika kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tapi tidak cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai diabetes.
- Riwayat diabetes saat hamil.
- Wanita dengan sindrom ovarium polikistik, yang ditandai dengan menstruasi tidak teratur, pertumbuhan rambut berlebihan, dan obesitas
Gejala Gula Darah Tinggi (Diabetes)
Gejala masalah kesehatan ini akan muncul secara bervariasi pada setiap pengidapnya.
Sebab, kondisi ini akan tergantung pada tingkat keparahan dan jenis penyakit gula yang pengidapnya miliki.
Namun, secara umum ada beberapa gejala yang akan dialami oleh pengidapnya, baik itu tipe 1 maupun tipe 2, yaitu:
- Peningkatan rasa haus.
- Peningkatan frekuensi buang air kecil.
- Mudah lelah atau rasa kelelahan terus-menerus.
- Adanya gangguan penglihatan, seperti pandangan yang kabur.
- Terjadinya infeksi pada tubuh terus-menerus, yang umum terjadi pada bagian gusi, kulit, maupun area vagina (pada wanita).
- Penurunan berat badan yang tidak jelas apa penyebabnya.
- Kehadiran keton dalam urine (keton adalah produk sampingan dari pemecahan otot dan lemak yang terjadi ketika tidak ada cukup insulin yang tersedia).
Maka dari itu, segeralah memeriksakan diri ke dokter jika mengalami salah satu atau sejumlah tersebut.
Hal ini bertujuan agar pengidapnya mendapatkan perawatan yang tepat sedari dini, sehingga risiko akan komplikasi dari diabetes dapat terhindarkan.
Diagnosis Gula Darah Tinggi (Diabetes)
Dokter akan mendiagnosis kondisi ini pada seseorang dengan melakukan wawancara medis. Kemudian, dokter juga akan memeriksa kadar glukosa dalam tes darah.
Ada tiga jenis tes yang dokter dapat gunakan untuk mengukur kadar glukosa darah, yaitu:
1. Tes glukosa darah puasa
Untuk tes ini, pengidap penyakit gula perlu tidak makan atau minum apa pun kecuali air putih (puasa).
Puasa ini setidaknya delapan jam sebelum tes. Sebab, makanan dapat sangat mempengaruhi gula darah, tes ini memungkinkan dokter melihat gula darah dasar.
2. Tes glukosa darah acak
Pemeriksaan ini dapat pengidap penyakit gula lakukan secara acak. Meskipun ketika kamu sedang berpuasa.
3. A1c
Tes ini, juga memiliki istilah lain HbA1C atau tes hemoglobin terglikasi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menunjukkan kadar glukosa darah rata-rata seseorang selama dua hingga tiga bulan terakhir.
4. Tes toleransi glukosa oral
Dalam tes ini, pengukuran kadar glukosa darah akan dokter lakukan setelah puasa semalam.
Kemudian pengidap penyakit gula akan minum minuman manis. Nantinya, kadar glukosa darah pasien kemudian diperiksa pada jam satu, dua dan tiga.
Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan darah dan urine untuk membedakan apakah seseorang terkena tipe 1 atau 2.
Nantinya, darah akan diperiksa untuk autoantibodi (tanda autoimun bahwa imun tubuh menyerang dirinya sendiri).
Sementara itu, urine akan diperiksa untuk mengetahui adanya keton (pertanda tubuh seseorang membakar lemak sebagai suplai energinya)
Pengobatan Diabetes
Pengobatan akan disesuaikan dengan jenis penyakit gula yang kamu alami.
Terapi insulin menjadi salah satu pengobatan yang bisa dilakukan oleh pengidap kondisi ini, baik tipe 1 maupun tipe 2.
Bahkan, pada diabetes tipe 1 yang cukup berat, transplantasi pankreas dapat menjadi pilihan guna mengatasi kerusakan pada pankreas.
Sedangkan pada pengidap diabetes tipe 2 akan diberikan beberapa jenis obat-obatan.
Namun, umumnya ada beberapa perawatan yang harus dilakukan untuk menurunkan risiko , seperti:
1. Menerapkan pola makan sehat
Jika kamu mengalami penyakit , sebaiknya atur kembali pola makan yang sehat.
Fokuskan pada asupan buah, sayur, protein tanpa lemak, dan juga biji-bijian.
Tidak hanya itu, kamu juga perlu mengkonsumsi serat dan mengurangi beberapa jenis makanan, seperti makanan yang mengandung lemak jenuh, karbohidrat olahan, hingga pemanis buatan.
2. Rutin melakukan aktivitas Fisik
Setiap orang tentunya membutuhkan aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan tetap optimal, termasuk pengidap diabetes.
Olahraga menjadi satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk menurunkan kadar gula darah dengan mengubahnya menjadi energi.
Kamu bisa memilih untuk melakukan olahraga ringan, seperti berjalan kaki, berenang, atau bersepeda.
Jadikan kegiatan tersebut sebagai rutinitas harian untuk membantu kamu menghindari kondisi menjadi lebih buruk.
Rekomendasi Obat Diabetes
Berikut ini adalah beberapa rekomendasi obat diabetes yang bisa kamu gunakan:
- Gliabetes 30 mg 10 Tablet. Merupakan obat dengan kandungan Pioglitazone HCl untuk menangani penyakit diabetes tipe 2.
- Diabemed 24 Kapsul. Bermanfaat untuk mengatasi dan mencegah, serta menurunkan kadar gula di dalam darah dan menjaganya tetap stabil.
- Inlacin 100 mg 5 Strip (6 Kapsul/Strip) – Hemat Borongan. Mengandung kombinasi Lagestroemiaspeciosa dan Cinnamomun burmanii untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah.
- Pioglitazone HCl 30 mg 3 Strip (10 Tablet/Strip) – Obat Rutin. Merupakan obat tablet yang bermanfaat dalam terapi diabetes mellitus tipe 2.
- Amaryl M 1 mg/250 mg 3 Strip (10 Tablet/Strip) – Obat Rutin. Mengandung kombinasi Metformin dan Glimepiride yang bermanfaat untuk pengobatan diabetes mellitus tipe 2.
Pencegahan Diabetes
Meskipun faktor risiko seperti riwayat keluarga dan ras tidak dapat diubah, tapi ada faktor risiko lain yang dapat dicegah sedari dini melalui penerapan hidup sehat.
Berikut adalah beberapa langkah gaya hidup sehat yang dapat kamu lakukan mencegah penyakit ini, antara lain:
- Mempertahankan berat badan ideal dengan mengonsumsi makanan rendah lemak.
- Mengonsumsi makanan tinggi serat seperti buah dan sayur.
- Mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis.
- Berolahraga secara rutin dan banyak melakukan aktivitas fisik.
- Mengurangi waktu duduk diam terlalu lama, seperti ketika menonton televisi.
- Menghindari atau berhenti merokok
Komplikasi Diabetes
Komplikasi dari penyakit ini akan berkembang secara bertahap. Semakin lama seseorang mengidapnya dan semakin tidak terkontrolnya penyakitnya, maka akan semakin tinggi pula risiko komplikasi.
Akhirnya, komplikasi dapat melumpuhkan atau bahkan mengancam jiwa.
Berikut adalah beberapa kemungkinan komplikasi secara umum, yaitu:
- Penyakit kardiovaskular. Diabetes dapat meningkatkan risiko berbagai masalah pada sistem kardiovaskular. Hal ini termasuk penyakit arteri koroner dengan nyeri dada (angina), serangan jantung, stroke dan penyempitan arteri (aterosklerosis).
- Kerusakan mata (retinopati). Baik diabetes tipe 1 maupun 2 dapat menyebabkan komplikasi berupa kerusakan retina mata,
- Kerusakan saraf (neuropati). Kelebihan gula dapat melukai dinding pembuluh darah kecil (kapiler) yang memberi nutrisi pada saraf terutama pada kaki. Hal ini dapat menyebabkan kesemutan, mati rasa, terbakar atau nyeri yang biasanya dimulai pada ujung jari kaki atau jari tangan dan secara bertahap menyebar ke atas.
Di samping itu, diabetes juga berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal, disfungsi seksual, hingga keguguran sebagai komplikasinya.
Ciri-Ciri Diabetes di Usia Muda
Meski identik dengan orang tua, bukan berarti penyakit diabetes melitus tidak dapat menyerang anak muda. Baik diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2, tetap bisa menjangkiti anak muda berapapun usianya.
Secara umum, perbedaan kedua jenis diabetes ini adalah dari pemicunya. melitus tipe 1 terjadi karena penyakit autoimun yang menyebabkan pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Sementara itu, diabetes melitus tipe 2 muncul sebagai efek dari pola makan tidak sehat karena tidak bisa mengontrol asupan gula yang masuk dalam tubuh.
Pada diabetes tipe 2, biasanya muncul sebagai efek jangka panjang dari kebiasaan buruk di masa muda. Namun, gejalanya bisa datang lebih cepat jika Anda tidak mengendalikan asupan makanan, terutama jika menggugah selera.
Ciri-Ciri Diabetes di Usia Muda
Baik diabetes tipe 1 atau tipe 2 sebenarnya punya ciri-ciri yang hampir serupa. Perbedaannya, penderita diabetes tipe 1 kemungkinan akan mengalami penurunan berat badan meski sedang tidak sedang diet. Selain itu, gejala diabetes di usia muda berkembang secara bertahap dalam hitungan bulan hingga tahunan dan tak jarang baru bisa terdeteksi lewat medical check-up.
Secara umum, berikut beberapa kondisi yang menjadi ciri-ciri di usia muda:
- Mudah lapar.
- Mudah haus.
- Disfungsi ereksi bagi pria.
- Pandangan kabur.
- Lemahnya kekuatan otot.
- Menurunnya gairah seksual.
- Mudah lelah.
- Perubahan suasana hati (mood swing) secara tiba-tiba.
- Meningkatnya jumlah urin saat buang air kecil.
- Luka membutuhkan waktu lama untuk sembuh dan kering.
Pemeriksaan diabetes
Di usia muda, kebanyakan orang cenderung mempunyai pola makan yang tidak sehat. Sebagai contoh, banyak anak muda yang lebih menyukai fast food dan makanan-makanan manis seperti donat, kue, hingga minuman boba dibandingkan mengkonsumsi makanan sehat. Jika kebiasaan tersebut tidak diubah, Sahabat MIKA bisa menderita diabetes melitus di usia muda.
Ketika mengkonsumsi gula secara berlebihan, terjadi peningkatan resistensi insulin. Peningkatan resistensi insulin membuat tubuh tidak dapat memproses kelebihan gula dengan baik. Lonjakan kadar gula darah kemudian tak bisa terhindarkan dan memicu penyakit diabetes melitus tipe 2. Selain pola makan, faktor seperti usia, berat badan, genetik, dan gaya hidup juga turut berperan dalam berkembangnya penyakit ini.
Cara Menangani Diabetes di Usia Muda
Cara menangani diabetes di usia muda harus disesuaikan dengan jenisnya. Penanganan yang dilakukan bertujuan untuk mengontrol kadar gula darah Anda tetap berada dalam batas normal. Beberapa cara yang bisa dijadikan pilihan untuk mengatasi diabetes, di antaranya
1. Suntikan Insulin
Bagi penderita diabetes tipe 1, suntikan insulin merupakan obat utama karena tubuh mereka tidak mampu memproduksinya.
Ada empat jenis insulin yang dapat digunakan oleh penderita diabetes. Masing-masing jenis dibedakan berdasarkan seberapa cepat cairan tersebut bekerja dan berapa lamakah efeknya bertahan dalam tubuh.
Jenis-jenis suntik insulin yang bisa digunakan, meliputi:
- Rapid-acting insulin: bekerja 15 menit setelah disuntikkan, efeknya bertahan 3-4 jam.
- Regular (short-acting) insulin: bekerja 30-60 menit setelah disuntikkan, efeknya bertahan 5-8 jam.
- Intermediate-acting insulin: bekerja 1-2 jam setelah disuntikkan, efeknya bertahan 14-16 jam.
- Long-acting insulin: bekerja 2 jam setelah disuntikkan, efeknya bertahan hingga 24 jam.
- Ultra long-acting insulin: bekerja 6 jam setelah disuntikkan, efeknya bertahan sekitar 36 jam.
- Insulin campuran: kombinasi antara intermediate-acting insulin dan short-acting insulin.
Tak seperti tipe 1, penderita diabetes tipe 2 hanya membutuhkan suntikan insulin ketika kadar gula darah melebih batas normal dan tidak dapat dikendalikan melalui pola makan sehat atau konsumsi obat-obatan. Untuk dosis yang tepat, Sahabat MIKA dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam.
2. Konsumsi Obat-obatan Tertentu
Untuk mengatur insulin dan mengatasi lonjakan gula darah, dokter mungkin akan meresepkan obat seperti metformin bagi penderita diabetes tipe 2. Sementara itu, pemberian obat untuk penderita diabetes tipe 1 dimaksudkan untuk melindungi organ penting seperti jantung, ginjal, dan hati dari kerusakan.
3. Menerapkan Pola Hidup Sehat
Menerapkan pola hidup bagi penderita diabetes di usia muda adalah cara yang paling sederhana. Beberapa tindakan yang harus dilakukan adalah konsumsi makanan sehat untuk diabetes, rutin berolahraga, istirahat dengan cukup, hingga menghilangkan kebiasaan merokok.
Cara Mencegah Diabetes di Usia Muda
Cara mencegah diabetes di usia muda adalah dengan menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencegah diabetes tipe 2, aturlah pola makan dan asupan gula yang masuk ke dalam tubuh. Selain itu, Anda juga harus rajin berolahraga supaya berat badan tetap ideal.
Sementara itu, belum ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes tipe 1.
Apabila Sahabat MIKA merasakan gejala diabetes, segera buat janji temu dokter di Mitra Keluarga untuk segera mendapat penanganan yang tepat.
Tinggalkan Balasan