Apa Itu Demensia?
Demensia adalah istilah untuk sekelompok gejala yang mempengaruhi memori, kemampuan berpikir, dan kemampuan sosial yang cukup parah dan mengganggu kehidupan sehari-hari.
Meskipun demensia umumnya ditandai dengan hilangnya ingatan, tetapi kondisi ini berbeda dengan amnesia.
Ketika seseorang kehilangan ingatan, bukan berarti orang tersebut mengidap demensia, meskipun seringkali hal tersebut merupakan salah satu tanda awal dari kondisi ini.
Penyebab Demensia
Demensia disebabkan oleh kerusakan pada sel saraf otak di bagian tertentu sehingga menurunkan kemampuan berkomunikasi dengan saraf tubuh lainnya, dan mengakibatkan kemunculan gejala sesuai dengan area otak yang mengalami kerusakan.
Ada berbagai macam kondisi dalam kasus demensia. Ada jenis demensia yang berkembang secara progresif, dan ada juga kondisi lain yang menyerupai demensia yang terjadi karena reaksi tertentu dan dapat ditekan.
Demensia progresif adalah kondisi yang disebabkan oleh kerusakan sel saraf otak tertentu dan dapat memburuk seiring waktu. Kondisi ini umumnya tidak dapat dipulihkan secara tuntas.
Beberapa jenis demensia progresif meliputi penyakit Alzheimer, demensia vaskular, lewy body dementia, demensia frontotemporal, dan demensia campuran.
Faktor Risiko Demensia
Faktor risiko demensia yang di luar kendali dan tidak bisa diubah adalah:
- Pertambahan usia.
- Riwayat kesehatan keluarga (genetik).
- Gangguan kognitif ringan.
- Sindrom Down.
Sementara itu, beberapa faktor risiko demensia yang dapat dikendalikan atau dihindari adalah:
- Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol.
- Depresi.
- Sleep apnea.
- Diabetes.
- Obesitas.
- Kolesterol tinggi.
- Hipertensi.
- Aterosklerosis (penumpukan lemak pada dinding arteri).
Gejala Demensia
Pada tahap awal, demensia dapat menimbulkan gejala seperti:
- Sulit menghadapi perubahan. Misalnya, kesulitan menerima perubahan jadwal atau lingkungan.
- Gangguan pada memori jangka pendek. Pengidap dapat mengingat peristiwa 15 tahun yang lalu dengan baik. Namun, tidak dapat mengingat apa yang baru saja terjadi.
- Sulit memilih kata-kata yang tepat. Ingatan atau asosiasi kata-kata jadi terasa lebih sulit.
- Mengulang-ulang sesuatu. Misalnya menanyakan pertanyaan yang sama, menyelesaikan pekerjaan yang sama, atau menceritakan kisah yang sama berkali-kali.
- Bingung dengan arah. Tempat-tempat yang dahulu dikenal dengan baik mungkin sekarang terasa asing. Mereka mungkin juga kesulitan dengan rute mengemudi yang telah mereka ambil selama bertahun-tahun karena tidak lagi terlihat familier.
- Sulit mencerna kata-kata lawan bicara. Pengidap dapat merasa sulit mengikuti cerita atau deskripsi seseorang.
- Perubahan suasana hati. Depresi, frustasi, dan kemarahan tidak jarang terjadi pada pengidap demensia.
- Kehilangan minat. Misalnya kehilangan minat pada hobi atau kegiatan yang pernah mereka nikmati.
- Kebingungan. Orang, tempat, dan acara mungkin tidak lagi terasa familier. Pengidap mungkin tidak mengingat orang yang mereka kenal.
- Kesulitan menyelesaikan tugas sehari-hari. Pengidap demensia dapat mengalami kesulitan melakukan tugas yang telah mereka lakukan selama bertahun-tahun
Diagnosis Demensia
Demensia tidaklah mudah untuk didiagnosis dikarenakan banyaknya gejala yang dapat mengindikasikan penyakit sejenis.
Selain menanyakan riwayat penyakit dan kesehatan pasien serta keluarga, dilakukan juga pemeriksaan fisik dan serangkaian tes lanjutan, yang meliputi:
- Tes kognitif dan neuropsikologis.
- Pemeriksaan neurologi.
- Pemindaian.
- Pemeriksaan darah.
- Pemeriksaan cairan tulang belakang.
- Tes psikiatri.
Komplikasi Demensia
Demensia dapat memengaruhi banyak sistem tubuh, dan penurunan kemampuan untuk berfungsi. Pada beberapa kasus, dapat menyebabkan:
- Gizi buruk. Banyak pengidap mengurangi atau berhenti makan, dan mempengaruhi asupan nutrisi mereka. Ini pada akhirnya membuat mereka tidak dapat mengunyah dan menelan dengan baik.
- Radang paru-paru. Kesulitan menelan meningkatkan risiko tersedak atau menyedot makanan ke paru-paru. Ini dapat menghalangi pernapasan dan menyebabkan pneumonia.
- Tidak bisa merawat diri. Saat berkembang, ini dapat membuat pengidapnya sulit mandi, berpakaian, menyikat rambut atau gigi, dan menggunakan toilet secara mandiri dengan baik.
- Risiko kecelakaan. Beberapa situasi sehari-hari dapat menimbulkan masalah keamanan bagi pengidap. Termasuk mengemudi, memasak, berjalan dan hidup sendiri.
Pengobatan Demensia
Demensia tidak dapat dicegah, namun terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menekan resiko nya, seperti:
- Berhenti merokok.
- Berolahraga secara teratur.
- Menjaga asupan nutrisi dan menerapkan pola makan sehat, misalnya makanan rendah lemak dan tinggi serat.
- Kurangi asupan alkohol.
- Menjaga berat badan.
- Meningkatkan asupan vitamin D.
- Melatih otak secara berkala, seperti membaca dan bermain teka-teki.
- Menjaga kesehatan, seperti mengontrol tekanan darah, kadar gula darah, dan kolesterol.
- Menghindari terjadinya cedera di bagian kepala.
Apa Itu Fungsi Kognitif?
Fungsi kognitif berperan sangat penting bagi manusia supaya mampu berinteraksi dengan sesama dan lingkungannya. Fungsi kognitif merupakan aktivitas mental otak secara sadar yang melibatkan beberapa domain, yaitu:
1. Orientasi
Kemampuan mengenal atau mengidentifikasi waktu, tempat, dan orang.
2. Atensi
Kemampuan memperhatikan suatu stimulus dengan mengabaikan stimulus lain yang tidak diperlukan. Kemampuan mempertahankan atensi dalam waktu yang lebih lama disebut Konsentrasi
3. Bahasa
Modalitas dasar untuk komunikasi dan membangun fungsi kognitif. Kemampuan bahasa meliputi parameter: kelancaran, pemahaman, pengulangan, dan penamaan
4. Fungsi Memori
Kemampuan melakukan proses penerimaan dan penyandian informasi, proses penyimpanan, serta proses mengingat. Fungsi memori dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu: memori segera (immediate memory), memori baru (recent memory), dan memori lama (remote memory)
5. Kemampuan Visuospasial
Kemampuan instruksional seperti menggambar atau meniru berbagai macam gambar dan menyusun bentuk.
6. Fungsi Eksekutif
Proses kompleks dalam memecahkan masalah atau persoalan baru. Proses ini meliputi kesadaran terhadap keberadaan suatu masalah, mengevaluasi, menganalisis, serta memecahkan atau mencari jalan keluar.
Mengenal Pra-demensia dan Demensia/Pikun
Demensia adalah sebuah sindrom yang berkaitan dengan penurunan kemampuan fungsi otak, seperti berkurangnya daya ingat, menurunnya kemampuan berpikir, memahami sesuatu, melakukan pertimbangan, dan memahami bahasa, serta menurunnya kecerdasan mental. Sindrom ini umumnya menyerang orang-orang lansia diatas 65 tahun.
Penurunan fungsi kognitif tingkat ringan yang tidak sampai mengganggu aktivitas hidup sehari-hari atau mengakibatkan perubahan perilaku, disebut sebagai mild cognitive impairment atau pra-demensia.
Sedangkan penurunan fungsi kognitif intelektual yang cukup berat, sehingga mengganggu aktivitas sosial dan profesional yang tercermin dalam aktivitas hidup keseharian atau mengakibatkan perubahan perilaku, disebut sebagai pikun.
Angka kejadian pra-demensia pada populasi penduduk lansia berkisar antara 7,7-42 persen. Penderita pra-demensia yang tidak mendapatkan penatalaksanaan memadai akan lebih mudah berkembang menjadi demensia dengan tingkat progresivitas antara 10-12 persen per tahun.
Angka kejadian pada populasi penduduk lansia berkisar antara 5-7 persen, dan di beberapa negara dengan struktur populasi tua dapat mencapai 19 persen. Penderita demensia di Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan sekitar 1,2 juta jiwa.
Jumlah ini pada tahun 2030 diperkirakan meningkat mencapai hampir 2 juta jiwa apabila tidak dilakukan penanganan dan pencegahan yang tepat.
Jenis-jenis Demensia
Beberapa bentuk demensia yang sering ditemukan adalah:
1. Penyakit Alzheimer’s
Penyebab Alzheimer masih belum diketahui, namun beberapa kelainan genetik dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini.
2. Demensia Vaskular
vaskular adalah penurunan fungsi kognitif yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak, seringkali akibat stroke atau kerusakan pembuluh darah.
3. Demensia Lewy Body
Lewy body adalah penggumpalan protein abnormal pada otak, yang juga bisa ditemukan pada Alzheimer dan Parkinson.
4. Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson adalah gangguan neurodegeneratif yang menyebabkan tremor, kekakuan otot, dan kesulitan dalam gerakan serta keseimbangan..
5. Demensia Frontotemporal
Sekelompok penyakit yang ditandai oleh degenerasi sel otak bagian frontal dan temporal, yang umumnya diasosiasikan dengan perilaku, kepribadian, hingga kemampuan berbahasa.
Sekitar 50-70 persen kasus demensia adalah penyakit Alzheimer’s. Satu diantara sepuluh lansia usia kurang dari 65 tahun menderita penyakit ini.
Mendiagnosa Pra-demensia atau Demensia/Pikun
Penurunan fungsi kognitif pada demensia umumnya terkait gangguan memori, terutama gangguan memori baru. Memori lama dapat terganggu pada tahap lanjut. Penderita demensia biasanya mengalami disorientasi di sekitar rumah atau lingkungan yang relatif baru. Kemampuan membuat keputusan juga sering ditemukan terganggu.
Namun demikian, adanya gejala-gejala tersebut belum memastikan seseorang menderita pra-demensia, demensia/pikun, atau tidak. Perlu pemeriksaan pemeriksaan riwayat neurobehavior, pemeriksaan fisik neurologis, dan pola gangguan kognitif lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis pra-demensia atau demensia/pikun.
Pemeriksaan neurobehavior yang sering dilaksanakan adalah pemeriksaan CERAD, atau yang lebih sederhana seperti: MoCA-INA, MMSE, CDT, dan AD8. Saat ini beberapa pemeriksaan neurobehavior sederhana sudah tersedia dalam bentuk aplikasi di gadget, seperti Alzheimers MMSE dan QuoCo
Berikut ini adalah contoh pemeriksaan AD8 untuk mendeteksi penurunan fungsi kognitif. Perhatikan hal-hal berikut:
Dibandingkan periode satu tahun (atau beberapa tahun) yang lalu, apakah saat ini seseorang:
- – Sering bermasalah dalam membuat penilaian-penilaian (misal: membuat keputusan, perencanaan, logika berpikir)
- – Menjadi kurang tertarik dengan hobi atau aktivitas yang biasanya disenangi
- – Sering menanyakan atau bercerita hal yang sama berulang-ulang
- – Kesulitan sekali dalam mempelajari cara menggunakan peralatan atau gadget
- – Sering lupa bulan atau tahun
- – Kesulitan menangani urusan keuangan yang rumit (misal: membayar tagihan listrik, air, pajak)
- – Kesulitan mengingat janji bertemu dengan seseorang
- – Sering mendapatkan masalah akibat gangguan daya ingat atau salah mengkaji sesuatu
- – Apabila seseorang mengalami dua atau lebih hal-hal tersebut, maka orang tersebut terindikasi mengalami penurunan fungsi kognitif. Harus dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif lebih lanjut.
- – Mempertahankan fungsi kognitif sekarang dan nanti
Otak merupakan pengatur fungsi kognitif. Otak yang sehat akan menjaga fungsi kognitif tetap baik. Kesehatan otak dipengaruhi juga oleh kesehatan organ tubuh yang lain, seperti jantung, paru, dan pembuluh darah. Proses degeneratif ditentukan secara genetik, dan dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang sejak muda.
Cara Mencegah Demensia
Oleh karena itu, untuk menjaga otak tetap sehat perlu dibiasakan pola hidup sehat untuk otak yang dilakukan sejak muda sampai lansia.
- – Selalu berpikir positif,
- – Menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah,
- – Olahraga yang cukup dan teratur (misal: jalan kaki selama 30 menit setiap hari; senam gerak latih otak),
- – Stimulasi kognitif untuk menjaga otak tetap berpikir aktif (ingat selalu semboyan: use it or lose it). Saat ini beberapa latihan stimulasi otak sederhana tersedia dalam bentuk aplikasi di gadget, seperti: Lumosity.
- – Menjaga pola makan sehat,
- Aktif kegiatan sosial kemasyarakatan (misal: bersama-sama komunitas memikirkan solusi permasalahan kemasyarakatan di lingkungan sekitar),
- – Menghindari cedera kepala
- – Selalu mengelola stres dengan baik.