Kategori: Uncategorized

  • DEMENSIA PENYAKIT YANG SERING TERJADI DI USIA TUA

    Apa Itu Demensia?

    Demensia adalah istilah untuk sekelompok gejala yang mempengaruhi memori, kemampuan berpikir, dan kemampuan sosial yang cukup parah dan mengganggu kehidupan sehari-hari. 

    Meskipun demensia umumnya ditandai dengan hilangnya ingatan, tetapi kondisi ini berbeda dengan amnesia.

    Ketika seseorang kehilangan ingatan, bukan berarti orang tersebut mengidap demensia, meskipun seringkali hal tersebut merupakan salah satu tanda awal dari kondisi ini.

    Penyebab Demensia

    Demensia disebabkan oleh kerusakan pada sel saraf otak di bagian tertentu sehingga menurunkan kemampuan berkomunikasi dengan saraf tubuh lainnya, dan mengakibatkan kemunculan gejala sesuai dengan area otak yang mengalami kerusakan.

    Ada berbagai macam kondisi dalam kasus demensia. Ada jenis demensia yang berkembang secara progresif, dan ada juga kondisi lain yang menyerupai demensia yang terjadi karena reaksi tertentu dan dapat ditekan.

    Demensia progresif adalah kondisi yang disebabkan oleh kerusakan sel saraf otak tertentu dan dapat memburuk seiring waktu. Kondisi ini umumnya tidak dapat dipulihkan secara tuntas. 

    Beberapa jenis demensia progresif meliputi penyakit Alzheimer, demensia vaskular, lewy body dementia, demensia frontotemporal, dan demensia campuran.

    Faktor Risiko Demensia

    Faktor risiko demensia yang di luar kendali dan tidak bisa diubah adalah: 

    • Pertambahan usia. 
    • Riwayat kesehatan keluarga (genetik).
    • Gangguan kognitif ringan. 
    • Sindrom Down. 

    Sementara itu, beberapa faktor risiko demensia yang dapat dikendalikan atau dihindari adalah:

    • Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol.
    • Depresi.
    • Sleep apnea.
    • Diabetes.
    • Obesitas.
    • Kolesterol tinggi.
    • Hipertensi.
    • Aterosklerosis (penumpukan lemak pada dinding arteri).

     

    Gejala Demensia

    Pada tahap awal, demensia dapat menimbulkan gejala seperti:

    • Sulit menghadapi perubahan. Misalnya, kesulitan menerima perubahan jadwal atau lingkungan.
    • Gangguan pada memori jangka pendek. Pengidap dapat mengingat peristiwa 15 tahun yang lalu dengan baik. Namun, tidak dapat mengingat apa yang baru saja terjadi.
    • Sulit memilih kata-kata yang tepat. Ingatan atau asosiasi kata-kata jadi terasa lebih sulit.
    • Mengulang-ulang sesuatu. Misalnya menanyakan pertanyaan yang sama, menyelesaikan pekerjaan yang sama, atau menceritakan kisah yang sama berkali-kali.
    • Bingung dengan arah. Tempat-tempat yang dahulu dikenal dengan baik mungkin sekarang terasa asing. Mereka mungkin juga kesulitan dengan rute mengemudi yang telah mereka ambil selama bertahun-tahun karena tidak lagi terlihat familier.
    • Sulit mencerna kata-kata lawan bicara. Pengidap dapat merasa sulit mengikuti cerita atau deskripsi seseorang.
    • Perubahan suasana hati. Depresi, frustasi, dan kemarahan tidak jarang terjadi pada pengidap demensia.
    • Kehilangan minat. Misalnya kehilangan minat pada hobi atau kegiatan yang pernah mereka nikmati.
    • Kebingungan. Orang, tempat, dan acara mungkin tidak lagi terasa familier. Pengidap mungkin tidak mengingat orang yang mereka kenal.
    • Kesulitan menyelesaikan tugas sehari-hari. Pengidap demensia dapat mengalami kesulitan melakukan tugas yang telah mereka lakukan selama bertahun-tahun

     

    Diagnosis Demensia

    Demensia tidaklah mudah untuk didiagnosis dikarenakan banyaknya gejala yang dapat mengindikasikan penyakit sejenis. 

    Selain menanyakan riwayat penyakit dan kesehatan pasien serta keluarga, dilakukan juga pemeriksaan fisik dan serangkaian tes lanjutan, yang meliputi:

    • Tes kognitif dan neuropsikologis.
    • Pemeriksaan neurologi.
    • Pemindaian.
    • Pemeriksaan darah.
    • Pemeriksaan cairan tulang belakang.
    • Tes psikiatri.

     

    Komplikasi Demensia

    Demensia dapat memengaruhi banyak sistem tubuh, dan penurunan kemampuan untuk berfungsi. Pada beberapa kasus, dapat menyebabkan:

    • Gizi buruk. Banyak pengidap mengurangi atau berhenti makan, dan mempengaruhi asupan nutrisi mereka. Ini pada akhirnya membuat mereka tidak dapat mengunyah dan menelan dengan baik.
    • Radang paru-paru. Kesulitan menelan meningkatkan risiko tersedak atau menyedot makanan ke paru-paru. Ini dapat menghalangi pernapasan dan menyebabkan pneumonia.
    • Tidak bisa merawat diri. Saat berkembang, ini dapat membuat pengidapnya sulit mandi, berpakaian, menyikat rambut atau gigi, dan menggunakan toilet secara mandiri dengan baik.
    • Risiko kecelakaan. Beberapa situasi sehari-hari dapat menimbulkan masalah keamanan bagi pengidap. Termasuk mengemudi, memasak, berjalan dan hidup sendiri.

     

    Pengobatan Demensia

     

    Demensia tidak dapat dicegah, namun terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menekan resiko nya, seperti:

    • Berhenti merokok.
    • Berolahraga secara teratur.
    • Menjaga asupan nutrisi dan menerapkan pola makan sehat, misalnya makanan rendah lemak dan tinggi serat.
    • Kurangi asupan alkohol.
    • Menjaga berat badan.
    • Meningkatkan asupan vitamin D.
    • Melatih otak secara berkala, seperti membaca dan bermain teka-teki.
    • Menjaga kesehatan, seperti mengontrol tekanan darah, kadar gula darah, dan kolesterol.
    • Menghindari terjadinya cedera di bagian kepala.

     

    Apa Itu Fungsi Kognitif?

     

    Fungsi kognitif berperan sangat penting bagi manusia supaya mampu berinteraksi dengan sesama dan lingkungannya. Fungsi kognitif merupakan aktivitas mental otak secara sadar yang melibatkan beberapa domain, yaitu:

     

    1. Orientasi

     

    Kemampuan mengenal atau mengidentifikasi waktu, tempat, dan orang.

     

    2. Atensi

     

    Kemampuan memperhatikan suatu stimulus dengan mengabaikan stimulus lain yang tidak diperlukan. Kemampuan mempertahankan atensi dalam waktu yang lebih lama disebut Konsentrasi

     

    3. Bahasa

     

    Modalitas dasar untuk komunikasi dan membangun fungsi kognitif. Kemampuan bahasa meliputi parameter: kelancaran, pemahaman, pengulangan, dan penamaan

     

    4. Fungsi Memori

     

    Kemampuan melakukan proses penerimaan dan penyandian informasi, proses penyimpanan, serta proses mengingat. Fungsi memori dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu: memori segera (immediate memory), memori baru (recent memory), dan memori lama (remote memory)

     

    5. Kemampuan Visuospasial

     

    Kemampuan instruksional seperti menggambar atau meniru berbagai macam gambar dan menyusun bentuk.

     

    6. Fungsi Eksekutif

     

    Proses kompleks dalam memecahkan masalah atau persoalan baru. Proses ini meliputi kesadaran terhadap keberadaan suatu masalah, mengevaluasi, menganalisis, serta memecahkan atau mencari jalan keluar.

     

    Mengenal Pra-demensia dan Demensia/Pikun

    Demensia adalah sebuah sindrom yang berkaitan dengan penurunan kemampuan fungsi otak, seperti berkurangnya daya ingat, menurunnya kemampuan berpikir, memahami sesuatu, melakukan pertimbangan, dan memahami bahasa, serta menurunnya kecerdasan mental. Sindrom ini umumnya menyerang orang-orang lansia diatas 65 tahun.

    Penurunan fungsi kognitif tingkat ringan yang tidak sampai mengganggu aktivitas hidup sehari-hari atau mengakibatkan perubahan perilaku, disebut sebagai mild cognitive impairment atau pra-demensia.

    Sedangkan penurunan fungsi kognitif intelektual yang cukup berat, sehingga mengganggu aktivitas sosial dan profesional yang tercermin dalam aktivitas hidup keseharian atau mengakibatkan perubahan perilaku, disebut sebagai pikun.

    Angka kejadian pra-demensia pada populasi penduduk lansia berkisar antara 7,7-42 persen. Penderita pra-demensia yang tidak mendapatkan penatalaksanaan memadai akan lebih mudah berkembang menjadi demensia dengan tingkat progresivitas antara 10-12 persen per tahun.

    Angka kejadian pada populasi penduduk lansia berkisar antara 5-7 persen, dan di beberapa negara dengan struktur populasi tua dapat mencapai 19 persen. Penderita demensia di Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan sekitar 1,2 juta jiwa.

    Jumlah ini pada tahun 2030 diperkirakan meningkat mencapai hampir 2 juta jiwa apabila tidak dilakukan penanganan dan pencegahan yang tepat.

    Jenis-jenis Demensia

     

    Beberapa bentuk demensia yang sering ditemukan adalah:

     

    1. Penyakit Alzheimer’s

     

    Penyebab Alzheimer masih belum diketahui, namun beberapa kelainan genetik dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini.

     

    2. Demensia Vaskular

    vaskular adalah penurunan fungsi kognitif yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak, seringkali akibat stroke atau kerusakan pembuluh darah.

     

    3. Demensia Lewy Body

    Lewy body adalah penggumpalan protein abnormal pada otak, yang juga bisa ditemukan pada Alzheimer dan Parkinson.

     

    4. Penyakit Parkinson

    Penyakit Parkinson adalah gangguan neurodegeneratif yang menyebabkan tremor, kekakuan otot, dan kesulitan dalam gerakan serta keseimbangan..

     

    5. Demensia Frontotemporal

     

    Sekelompok penyakit yang ditandai oleh degenerasi sel otak bagian frontal dan temporal, yang umumnya diasosiasikan dengan perilaku, kepribadian, hingga kemampuan berbahasa.

    Sekitar 50-70 persen kasus demensia adalah penyakit Alzheimer’s. Satu diantara sepuluh lansia usia kurang dari 65 tahun menderita penyakit ini.

     

    Mendiagnosa Pra-demensia atau Demensia/Pikun

    Penurunan fungsi kognitif pada demensia umumnya terkait gangguan memori, terutama gangguan memori baru. Memori lama dapat terganggu pada tahap lanjut. Penderita demensia biasanya mengalami disorientasi di sekitar rumah atau lingkungan yang relatif baru. Kemampuan membuat keputusan juga sering ditemukan terganggu.

    Namun demikian, adanya gejala-gejala tersebut belum memastikan seseorang menderita pra-demensia, demensia/pikun, atau tidak. Perlu pemeriksaan pemeriksaan riwayat neurobehavior, pemeriksaan fisik neurologis, dan pola gangguan kognitif lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis pra-demensia atau demensia/pikun.

    Pemeriksaan neurobehavior yang sering dilaksanakan adalah pemeriksaan CERAD, atau yang lebih sederhana seperti: MoCA-INA, MMSE, CDT, dan AD8. Saat ini beberapa pemeriksaan neurobehavior sederhana sudah tersedia dalam bentuk aplikasi di gadget, seperti Alzheimers MMSE dan QuoCo

    Berikut ini adalah contoh pemeriksaan AD8 untuk mendeteksi penurunan fungsi kognitif. Perhatikan hal-hal berikut:

    Dibandingkan periode satu tahun (atau beberapa tahun) yang lalu, apakah saat ini seseorang:

    • – Sering bermasalah dalam membuat penilaian-penilaian (misal: membuat keputusan, perencanaan, logika berpikir)
    • –  Menjadi kurang tertarik dengan hobi atau aktivitas yang biasanya disenangi
    • –  Sering menanyakan atau bercerita hal yang sama berulang-ulang
    • –  Kesulitan sekali dalam mempelajari cara menggunakan peralatan atau gadget
    • –  Sering lupa bulan atau tahun
    • –  Kesulitan menangani urusan keuangan yang rumit (misal: membayar tagihan listrik, air, pajak)
    • –  Kesulitan mengingat janji bertemu dengan seseorang
    • – Sering mendapatkan masalah akibat gangguan daya ingat atau salah mengkaji sesuatu
    • –  Apabila seseorang mengalami dua atau lebih hal-hal tersebut, maka orang tersebut terindikasi mengalami penurunan fungsi kognitif. Harus dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif lebih lanjut.
    • – Mempertahankan fungsi kognitif sekarang dan nanti

    Otak merupakan pengatur fungsi kognitif. Otak yang sehat akan menjaga fungsi kognitif tetap baik. Kesehatan otak dipengaruhi juga oleh kesehatan organ tubuh yang lain, seperti jantung, paru, dan pembuluh darah. Proses degeneratif ditentukan secara genetik, dan dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang sejak muda.

    Cara Mencegah Demensia

    Oleh karena itu, untuk menjaga otak tetap sehat perlu dibiasakan pola hidup sehat untuk otak yang dilakukan sejak muda sampai lansia.

    • –  Selalu berpikir positif,
    • –  Menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah,
    • –  Olahraga yang cukup dan teratur (misal: jalan kaki selama 30 menit setiap hari; senam gerak latih otak),
    • –  Stimulasi kognitif untuk menjaga otak tetap berpikir aktif (ingat selalu semboyan: use it or lose it). Saat ini beberapa latihan stimulasi otak sederhana tersedia dalam bentuk aplikasi di gadget, seperti: Lumosity.
    • – Menjaga pola makan sehat,
    • Aktif kegiatan sosial kemasyarakatan (misal: bersama-sama komunitas memikirkan solusi permasalahan kemasyarakatan di lingkungan sekitar), 
    • –  Menghindari cedera kepala
    • –  Selalu mengelola stres dengan baik.
  • PENYAKIT DIABETES PALING MEMATIKAN DI INDONESIA

    Apa Itu Diabetes (Gula Darah Tinggi)?

    Diabetes atau penyakit gula (gula darah tinggi) adalah penyakit kronis (jangka panjang) yang perlu kamu waspadai.

    Adapun tanda utama dari penyakit ini adalah meningkatnya kadar gula darah (glukosa) melebihi nilai normal.

    Kondisi ini terjadi ketika tubuh pengidapnya tidak lagi mampu mengambil gula (glukosa) ke dalam sel dan menggunakannya sebagai energi.

    Kondisi ini pada akhirnya menghasilkan penumpukan gula ekstra dalam aliran darah tubuh.

    Penyakit diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan konsekuensi serius, menyebabkan kerusakan pada berbagai organ dan jaringan tubuh.

    Contohnya organ seperti jantung, ginjal, mata, dan saraf. Ada dua jenis utama diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.

    Jika dijabarkan, berikut adalah penjelasan mengenai keduanya, yaitu: 

    • Diabetes tipe 1. jenis ini adalah penyakit autoimun, artinya sistem imun tubuh akan menyerang dirinya sendiri. Pada kondisi ini, tubuh tidak akan memproduksi insulin sama sekali. 
    • Diabetes tipe 2. Pada jenis diabetes ini, tubuh tidak membuat cukup insulin atau sel-sel tubuh pengidap diabetes tipe 2 tidak akan merespons insulin secara normal. 

    Penyebab Gula Darah Tinggi (Diabetes)

    Kadar gula darah normal yaitu kurang dari 100 mg/dL. Apabila kadar gula darah sudah mencapai 100-125 mg/dL berarti masuk status prediabetes.

    Sementara itu, kadar gula darah yang mencapai 126 mg/dL ke atas sudah tergolong diabetes. Kadar gula darah tinggi dikenal sebagai hiperglikemia.

    Pada dasarnya hiperglikemia adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah meningkat atau berlebihan.

    Sementara itu diabetes merupakan penyakit yang sebagian besar dipengaruhi oleh hiperglikemia.

    Penyebab gula darah tinggi dari penyakit gula terjadi akibat adanya gangguan dalam tubuh. Sebab, kondisi ini membuat tubuh tidak mampu menggunakan glukosa darah ke dalam sel.

    Alhasil, glukosa menumpuk dalam darah. Pada penyakit gula tipe 1, gangguan ini terjadi akibat sistem kekebalan tubuh yang biasanya menyerang virus atau bakteri berbahaya lainnya, malah menyerang dan menghancurkan sel penghasil insulin. 

    Akibatnya, tubuh kekurangan atau bahkan tidak dapat memproduksi insulin sehingga gula yang seharusnya diubah menjadi energi oleh insulin, menyebabkan terjadinya penumpukan gula dalam darah.

    Sedangkan pada penyakit gula tipe 2, tubuh bisa menghasilkan insulin secara normal. Terapi, insulin tidak dapat tubuh gunakan secara normal. Kondisi ini dikenal juga sebagai resistensi insulin.

     

    Faktor Risiko Gula Darah Tinggi (Diabetes)

    terdapat beberapa faktor risiko penyakit gula tipe 1, antara lain:

    • Faktor riwayat keluarga atau keturunan, yaitu ketika seseorang akan lebih memiliki risiko terkena diabetes tipe 1 jika ada anggota keluarga yang mengidap penyakit yang sama, karena berhubungan dengan gen tertentu.
    • Faktor geografi, orang yang tinggal di daerah yang jauh dari garis khatulistiwa, seperti di Finlandia dan Sardinia, berisiko terkena diabetes tipe 1. Hal ini disebabkan karena kurangnya vitamin D yang bisa didapatkan dari sinar matahari, sehingga akhirnya memicu penyakit autoimun.
    • Faktor usia. Penyakit ini paling banyak terdeteksi pada anak-anak usia 4–7 tahun, kemudian pada anak-anak usia 10–14 tahun.
    • Faktor pemicu lainnya, seperti mengkonsumsi susu sapi pada usia terlalu dini, air yang mengandung natrium nitrat, sereal dan gluten sebelum usia 4 bulan atau setelah 7 bulan, memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia, serta menderita penyakit kuning saat lahir.

    Sementara itu, berikut adalah beberapa faktor risiko dari penyakit gula tipe 2, antara lain:

    • Berat badan berlebih atau obesitas.
    • Distribusi lemak perut yang tinggi.
    • Gaya hidup tidak aktif dan jarang beraktivitas atau berolahraga.
    • Riwayat penyakit diabetes tipe 2 dalam keluarga.
    • Ras kulit hitam, hispanik, Native American, dan Asia-Amerika, memiliki angka pengidap lebih tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih.
    • Usia di atas 45 tahun, walaupun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi sebelum usia 45 tahun.
    • Kondisi prediabetes, yaitu ketika kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tapi tidak cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai diabetes.
    • Riwayat diabetes saat hamil.
    • Wanita dengan sindrom ovarium polikistik, yang ditandai dengan menstruasi tidak teratur, pertumbuhan rambut berlebihan, dan obesitas

     

    Gejala Gula Darah Tinggi (Diabetes)

    Gejala masalah kesehatan ini akan muncul secara bervariasi pada setiap pengidapnya.

    Sebab, kondisi ini akan tergantung pada tingkat keparahan dan jenis penyakit gula yang pengidapnya miliki.

    Namun, secara umum ada beberapa gejala yang akan dialami oleh pengidapnya, baik itu tipe 1 maupun tipe 2, yaitu: 

    • Peningkatan rasa haus.
    • Peningkatan frekuensi buang air kecil.
    • Mudah lelah atau rasa kelelahan terus-menerus.
    • Adanya gangguan penglihatan, seperti pandangan yang kabur. 
    • Terjadinya infeksi pada tubuh terus-menerus, yang umum terjadi pada bagian gusi, kulit, maupun area vagina (pada wanita). 
    • Penurunan berat badan yang tidak jelas apa penyebabnya. 
    • Kehadiran keton dalam urine (keton adalah produk sampingan dari pemecahan otot dan lemak yang terjadi ketika tidak ada cukup insulin yang tersedia). 

    Maka dari itu, segeralah memeriksakan diri ke dokter jika mengalami salah satu atau sejumlah tersebut.

    Hal ini bertujuan agar pengidapnya mendapatkan perawatan yang tepat sedari dini, sehingga risiko akan komplikasi dari diabetes dapat terhindarkan. 

     

    Diagnosis Gula Darah Tinggi (Diabetes)

    Dokter akan mendiagnosis kondisi ini pada seseorang dengan melakukan wawancara medis. Kemudian, dokter juga akan memeriksa kadar glukosa dalam tes darah.

    Ada tiga jenis tes yang dokter dapat gunakan untuk mengukur kadar glukosa darah, yaitu:

    1. Tes glukosa darah puasa

    Untuk tes ini, pengidap penyakit gula perlu tidak makan atau minum apa pun kecuali air putih (puasa).

    Puasa ini setidaknya delapan jam sebelum tes. Sebab, makanan dapat sangat mempengaruhi gula darah, tes ini memungkinkan dokter melihat gula darah dasar.

    2. Tes glukosa darah acak

    Pemeriksaan ini dapat pengidap penyakit gula lakukan secara acak.  Meskipun ketika kamu sedang berpuasa.

    3. A1c

    Tes ini, juga memiliki istilah lain HbA1C atau tes hemoglobin terglikasi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menunjukkan kadar glukosa darah rata-rata seseorang selama dua hingga tiga bulan terakhir.

    4. Tes toleransi glukosa oral

    Dalam tes ini, pengukuran kadar glukosa darah akan dokter lakukan setelah puasa semalam.

    Kemudian pengidap penyakit gula akan minum minuman manis. Nantinya, kadar glukosa darah pasien kemudian diperiksa pada jam satu, dua dan tiga.

    Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan darah dan urine untuk membedakan apakah seseorang terkena tipe 1 atau 2.

    Nantinya, darah akan diperiksa untuk autoantibodi (tanda autoimun bahwa imun tubuh menyerang dirinya sendiri).

    Sementara itu, urine akan diperiksa untuk mengetahui adanya keton (pertanda tubuh seseorang membakar lemak sebagai suplai energinya)

     

    Pengobatan Diabetes

     

    Pengobatan akan disesuaikan dengan jenis penyakit gula yang kamu alami.

    Terapi insulin menjadi salah satu pengobatan yang bisa dilakukan oleh pengidap kondisi ini, baik tipe 1 maupun tipe 2.

    Bahkan, pada diabetes tipe 1 yang cukup berat, transplantasi pankreas dapat menjadi pilihan guna mengatasi kerusakan pada pankreas. 

    Sedangkan pada pengidap diabetes tipe 2 akan diberikan beberapa jenis obat-obatan.

    Namun, umumnya ada beberapa perawatan yang harus dilakukan untuk menurunkan risiko , seperti:

    1. Menerapkan pola makan sehat

    Jika kamu mengalami penyakit , sebaiknya atur kembali pola makan yang sehat.

    Fokuskan pada asupan buah, sayur, protein tanpa lemak, dan juga biji-bijian.

    Tidak hanya itu, kamu juga perlu mengkonsumsi serat dan mengurangi beberapa jenis makanan, seperti makanan yang mengandung lemak jenuh, karbohidrat olahan, hingga pemanis buatan.

    2. Rutin melakukan aktivitas Fisik

    Setiap orang tentunya membutuhkan aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan tetap optimal, termasuk pengidap diabetes.

    Olahraga menjadi satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk menurunkan kadar gula darah dengan mengubahnya menjadi energi.

    Kamu bisa memilih untuk melakukan olahraga ringan, seperti berjalan kaki, berenang, atau bersepeda.

    Jadikan kegiatan tersebut sebagai rutinitas harian untuk membantu kamu menghindari kondisi menjadi lebih buruk.

    Rekomendasi Obat Diabetes

    Berikut ini adalah beberapa rekomendasi obat diabetes yang bisa kamu gunakan:

    • Gliabetes 30 mg 10 Tablet. Merupakan obat dengan kandungan Pioglitazone HCl  untuk menangani penyakit diabetes tipe 2. 
    • Diabemed 24 Kapsul. Bermanfaat untuk mengatasi dan mencegah, serta menurunkan kadar gula di dalam darah dan menjaganya tetap stabil.
    • Inlacin 100 mg 5 Strip (6 Kapsul/Strip) – Hemat Borongan. Mengandung kombinasi Lagestroemiaspeciosa dan Cinnamomun burmanii untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah.
    • Pioglitazone HCl 30 mg 3 Strip (10 Tablet/Strip) – Obat Rutin. Merupakan obat tablet yang bermanfaat dalam terapi diabetes mellitus tipe 2. 
    • Amaryl M 1 mg/250 mg 3 Strip (10 Tablet/Strip) – Obat Rutin. Mengandung kombinasi Metformin dan Glimepiride yang bermanfaat untuk pengobatan diabetes mellitus tipe 2.

     

    Pencegahan Diabetes

    Meskipun faktor risiko seperti riwayat keluarga dan ras tidak dapat diubah, tapi ada faktor risiko lain yang dapat dicegah sedari dini melalui penerapan hidup sehat.

    Berikut adalah beberapa langkah gaya hidup sehat yang dapat kamu lakukan mencegah penyakit ini, antara lain:

    • Mempertahankan berat badan ideal dengan mengonsumsi makanan rendah lemak.
    • Mengonsumsi makanan tinggi serat seperti buah dan sayur.
    • Mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis.
    • Berolahraga secara rutin dan banyak melakukan aktivitas fisik.
    • Mengurangi waktu duduk diam terlalu lama, seperti ketika menonton televisi.
    • Menghindari atau berhenti merokok

    Komplikasi Diabetes

    Komplikasi dari penyakit ini akan berkembang secara bertahap. Semakin lama seseorang mengidapnya dan semakin tidak terkontrolnya penyakitnya, maka akan semakin tinggi pula risiko komplikasi.

    Akhirnya, komplikasi dapat melumpuhkan atau bahkan mengancam jiwa.

    Berikut adalah beberapa kemungkinan komplikasi secara umum, yaitu: 

    • Penyakit kardiovaskular. Diabetes dapat meningkatkan risiko berbagai masalah pada sistem kardiovaskular. Hal ini termasuk penyakit arteri koroner dengan nyeri dada (angina), serangan jantung, stroke dan penyempitan arteri (aterosklerosis). 
    • Kerusakan mata (retinopati). Baik diabetes tipe 1 maupun 2 dapat menyebabkan komplikasi berupa kerusakan retina mata, 
    • Kerusakan saraf (neuropati). Kelebihan gula dapat melukai dinding pembuluh darah kecil (kapiler) yang memberi nutrisi pada saraf terutama pada kaki. Hal ini dapat menyebabkan kesemutan, mati rasa, terbakar atau nyeri yang biasanya dimulai pada ujung jari kaki atau jari tangan dan secara bertahap menyebar ke atas.

    Di samping itu, diabetes juga berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal, disfungsi seksual, hingga keguguran sebagai komplikasinya. 

    Ciri-Ciri Diabetes di Usia Muda

    Meski identik dengan orang tua, bukan berarti penyakit diabetes melitus tidak dapat menyerang anak muda. Baik diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2, tetap bisa menjangkiti anak muda berapapun usianya.

    Secara umum, perbedaan kedua jenis diabetes ini adalah dari pemicunya. melitus tipe 1 terjadi karena penyakit autoimun yang menyebabkan pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Sementara itu, diabetes melitus tipe 2 muncul sebagai efek dari pola makan tidak sehat karena tidak bisa mengontrol asupan gula yang masuk dalam tubuh.

    Pada diabetes tipe 2, biasanya muncul sebagai efek jangka panjang dari kebiasaan buruk di masa muda. Namun, gejalanya bisa datang lebih cepat jika Anda tidak mengendalikan asupan makanan, terutama jika menggugah selera.

    Ciri-Ciri Diabetes di Usia Muda

    Baik diabetes tipe 1 atau tipe 2 sebenarnya punya ciri-ciri yang hampir serupa. Perbedaannya, penderita diabetes tipe 1 kemungkinan akan mengalami penurunan berat badan meski sedang tidak sedang diet. Selain itu, gejala diabetes di usia muda berkembang secara bertahap dalam hitungan bulan hingga tahunan dan tak jarang baru bisa terdeteksi lewat medical check-up.

    Secara umum, berikut beberapa kondisi yang menjadi ciri-ciri di usia muda:

    • Mudah lapar.
    • Mudah haus.
    • Disfungsi ereksi bagi pria.
    • Pandangan kabur.
    • Lemahnya kekuatan otot.
    • Menurunnya gairah seksual.
    • Mudah lelah.
    • Perubahan suasana hati (mood swing) secara tiba-tiba.
    • Meningkatnya jumlah urin saat buang air kecil.
    • Luka membutuhkan waktu lama untuk sembuh dan kering.

     

    Pemeriksaan diabetes

    Di usia muda, kebanyakan orang cenderung mempunyai pola makan yang tidak sehat. Sebagai contoh, banyak anak muda yang lebih menyukai fast food dan makanan-makanan manis seperti donat, kue, hingga minuman boba dibandingkan mengkonsumsi makanan sehat. Jika kebiasaan tersebut tidak diubah, Sahabat MIKA bisa menderita diabetes melitus di usia muda.

    Ketika mengkonsumsi gula secara berlebihan, terjadi peningkatan resistensi insulin. Peningkatan resistensi insulin membuat tubuh tidak dapat memproses kelebihan gula dengan baik. Lonjakan kadar gula darah kemudian tak bisa terhindarkan dan memicu penyakit diabetes melitus tipe 2. Selain pola makan, faktor seperti usia, berat badan, genetik, dan gaya hidup juga turut berperan dalam berkembangnya penyakit ini.

     

    Cara Menangani Diabetes di Usia Muda

     

    Cara menangani diabetes di usia muda harus disesuaikan dengan jenisnya. Penanganan yang dilakukan bertujuan untuk mengontrol kadar gula darah Anda tetap berada dalam batas normal. Beberapa cara yang bisa dijadikan pilihan untuk mengatasi diabetes, di antaranya

    1. Suntikan Insulin

    Bagi penderita diabetes tipe 1, suntikan insulin merupakan obat utama karena tubuh mereka tidak mampu memproduksinya.

    Ada empat jenis insulin yang dapat digunakan oleh penderita diabetes. Masing-masing jenis dibedakan berdasarkan seberapa cepat cairan tersebut bekerja dan berapa lamakah efeknya bertahan dalam tubuh.

    Jenis-jenis suntik insulin yang bisa digunakan, meliputi:

    • Rapid-acting insulin: bekerja 15 menit setelah disuntikkan, efeknya bertahan 3-4 jam.
    • Regular (short-acting) insulin: bekerja 30-60 menit setelah disuntikkan, efeknya bertahan 5-8 jam.
    • Intermediate-acting insulin: bekerja 1-2 jam setelah disuntikkan, efeknya bertahan 14-16 jam.
    • Long-acting insulin: bekerja 2 jam setelah disuntikkan, efeknya bertahan hingga 24 jam.
    • Ultra long-acting insulin: bekerja 6 jam setelah disuntikkan, efeknya bertahan sekitar 36 jam.
    • Insulin campuran: kombinasi antara intermediate-acting insulin dan short-acting insulin.

    Tak seperti tipe 1, penderita diabetes tipe 2 hanya membutuhkan suntikan insulin ketika kadar gula darah melebih batas normal dan tidak dapat dikendalikan melalui pola makan sehat atau konsumsi obat-obatan. Untuk dosis yang tepat, Sahabat MIKA dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam.

    2. Konsumsi Obat-obatan Tertentu

    Untuk mengatur insulin dan mengatasi lonjakan gula darah, dokter mungkin akan meresepkan obat seperti metformin bagi penderita diabetes tipe 2. Sementara itu, pemberian obat untuk penderita diabetes tipe 1 dimaksudkan untuk melindungi organ penting seperti jantung, ginjal, dan hati dari kerusakan.

    3. Menerapkan Pola Hidup Sehat

    Menerapkan pola hidup bagi penderita diabetes di usia muda adalah cara yang paling sederhana. Beberapa tindakan yang harus dilakukan adalah konsumsi makanan sehat untuk diabetes, rutin berolahraga, istirahat dengan cukup, hingga menghilangkan kebiasaan merokok.

    Cara Mencegah Diabetes di Usia Muda

    Cara mencegah diabetes di usia muda adalah dengan menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencegah diabetes tipe 2, aturlah pola makan dan asupan gula yang masuk ke dalam tubuh. Selain itu, Anda juga harus rajin berolahraga supaya berat badan tetap ideal.

    Sementara itu, belum ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes tipe 1. 

    Apabila Sahabat MIKA merasakan gejala diabetes, segera  buat janji temu dokter di Mitra Keluarga untuk segera mendapat penanganan yang tepat.

  • Penyakit Stroke Rentan untuk masa depan

    Pengertian Stroke

    stroke adalah kondisi ketika pasokan darah ke otak terganggu karena penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Kondisi ini menyebabkan area tertentu pada otak tidak mendapat suplai oksigen dan nutrisi sehingga terjadi kematian sel-sel otak.

    merupakan keadaan darurat medis, karena tanpa suplai oksigen dan nutrisi, sel-sel pada bagian otak yang terdampak bisa mati hanya dalam hitungan menit. Akibatnya, bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak tersebut tidak bisa berfungsi dengan baik.

    Penyebab Penyakit Stroke

    Berdasarkan penyebabnya, stroke terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

    1. Stroke iskemik

    Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami penyempitan, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak sangat berkurang. 

    Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. iskemik dapat dibagi lagi ke dalam 2 jenis, stroke trombotik dan stroke embolik.

    2. Stroke hemoragik

    Kondisi stroke ini terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah sehingga menyebabkan perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh beberapa kondisi yang mempengaruhi pembuluh darah. 

    Misalnya hipertensi yang tidak terkendali, dinding pembuluh darah yang lemah, dan sedang menjalani pengobatan dengan pengencer darah. Stroke hemoragik terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu perdarahan intraserebral dan subarachnoid.

    Faktor Risiko Penyakit Stroke

    Ada tiga faktor yang meningkatkan resiko seseorang mengalami , yaitu faktor kesehatan, gaya hidup, dan faktor lainnya. Selain stroke, berbagai faktor tersebut juga berisiko meningkatkan risiko serangan jantung.

    Adapun yang termasuk dalam faktor risiko kesehatan, di antaranya:

    • Hipertensi.
    • Diabetes.
    • Kolesterol tinggi.
    • Obesitas.
    • Penyakit jantung, seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi jantung, atau aritmia.
    • Sleep Apnea.
    • Pernah mengalami transient ischemic attack TIA atau serangan jantung sebelumnya.

    Sedangkan yang termasuk dalam faktor risiko gaya hidup, yaitu:

    • Merokok.
    • Kurang olahraga atau aktivitas fisik.
    • Konsumsi obat-obatan terlarang.
    • Kecanduan alkohol.

    Sementara itu, beberapa kondisi yang termasuk dalam faktor risiko lainnya adalah:

    • Faktor keturunan. Seseorang dengan anggota keluarga yang pernah mengalami memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit yang sama.
    • Faktor usia. Semakin bertambah usia, resiko seseorang mengidap juga lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang lebih muda.

    Gejala Stroke

    Gejala umumnya terjadi di bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak. Gejala yang dialami penderita stroke bisa meliputi:

    • Kelemahan pada salah satu sisi tubuh (hemiparesis)
    • Lemah pada otot-otot wajah yang membuat satu sisi wajah turun
    • Kesulitan mengangkat kedua lengan akibat lemas atau mati rasa
    • Kesulitan berbicara
    • Disartria
    • Kesemutan
    • Kesulitan mengenal wajah (prosopagnosia)

    Penyebab stroke secara umum terbagi menjadi dua, yaitu adanya gumpalan darah pada pembuluh darah di otak dan pecahnya pembuluh darah di otak.

    Penyempitan atau pecahnya pembuluh darah tersebut dapat terjadi akibat beberapa faktor, seperti tekanan darah tinggi, penggunaan obat pengencer darah, aneurisma otak, dan trauma otak.

    Pengobatan dan Pencegahan Stroke

    Penanganan stroke tergantung pada jenis stroke yang dialami pasien. Tindakan yang dapat dilakukan bisa berupa pemberian obat-obatan atau operasi. Selain itu, untuk mendukung proses pemulihan, penderita akan disarankan untuk menjalani fisioterapi, terapi okupasi, dan terapi psikologis.

    Pada umumnya, pencegahan hampir sama dengan cara mencegah penyakit jantung, yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti:

    • Menjaga tekanan darah agar tetap normal
    • Tidak merokok dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol
    • Menjaga berat badan ideal
    • Berolahraga secara rutin
    • Menjalani pemeriksaan rutin untuk kondisi medis yang diderita, misalnya diabetes dan hipertensi

    Diagnosis Penyakit Stroke

    Agar dapat menentukan jenis penanganan yang tepat bagi pengidap stroke, dokter akan mengevaluasi terlebih dahulu jenis dan area otak yang mengalami stroke. 

    Sebagai langkah awal diagnosis, dokter akan bertanya kepada pengidap atau anggota keluarganya tentang beberapa hal, meliputi:

    • Gejala yang dialami, awal munculnya gejala, dan apa yang sedang pengidap lakukan ketika gejala muncul.
    • Jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi.
    • Apakah pengidap pernah mengalami cedera di bagian kepala.
    • Memeriksa riwayat kesehatan pengidap dan keluarga terkait penyakit jantung, ringan (TIA), dan.

    Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pengidap secara keseluruhan. Biasanya, pemeriksaan diawali dengan mengecek tekanan darah, detak jantung, dan bunyi bising abnormal di pembuluh darah leher dengan menggunakan stetoskop.

    Kemudian, dokter juga akan merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan penunjang seperti:

    1. Pemeriksaan darah

    Tes ini dilakukan untuk mengecek ada atau tidaknya infeksi, kadar gula darah, risiko pembekuan darah, dan mengetahui keseimbangan elektrolit dalam darah.

    2. CT scan

    Untuk mengetahui kondisi otak lebih detail. Selain itu, CT scan juga membantu dokter mengetahui ada atau tidaknya tumor atau perdarahan pada otak.

    3. MRI

    Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui gambaran otak pengidap secara lebih mendetail. 

    Tes ini juga bisa membantu dokter menemukan jaringan pada otak yang mengalami kerusakan karena perdarahan atau iskemik.

    4. Elektrokardiografi

    Pemeriksaan yang dilakukan guna mengetahui aktivitas listrik pada organ jantung. 

    Tes ini dapat membantu dokter menemukan kelainan detak jantung, adanya indikasi penyakit jantung koroner yang bisa terjadi bersama penyakit .

    5. Ekokardiografi

    Pemeriksaan dilakukan guna mendeteksi sumber gumpalan pada jantung sekaligus mengecek fungsi dari pompa jantung. 

    Sebab, gumpalan dapat bergeser dari pembuluh darah jantung ke bagian otak yang memicu terjadinya . 

    6. USG doppler karotis

    Pemeriksaan dilakukan dengan memanfaatkan gelombang suara untuk menghasilkan gambar aliran darah, di dalam pembuluh arteri karotis di leher secara lebih mendetail. 

    Tujuannya yaitu mendeteksi adanya plak atau penumpukan lemak dan keadaan di dalam aliran darah

    Pengobatan Stroke

    Pengobatan khusus yang diberikan pada pengidap bergantung pada jenis yang dialaminya, apakah mengarah pada iskemik atau hemoragik.

    1. Pengobatan stroke iskemik

    Penanganan awal akan berfokus untuk menjaga jalan napas, mengontrol tekanan darah, dan mengembalikan aliran darah.

    2. Pengobatan stroke hemoragik

    Sementara pada kasus hemoragik, pengobatan awal bertujuan untuk mengurangi tekanan pada otak dan mengontrol perdarahan. 

    Ada beberapa bentuk pengobatan yang dilakukan, antara lain konsumsi obat-obatan dan operasi.

    3. Pengobatan TIA

    Pengobatan TIA bertujuan untuk menurunkan faktor risiko yang dapat memicu timbulnya , sehingga penyakit jantung dapat dicegah. 

    Dalam beberapa kasus, prosedur operasi endarterektomi karotis diperlukan jika terdapat penumpukan lemak pada arteri karotis.

    Komplikasi Stroke

    Stroke dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, sebagian besar berakibat fatal. Beberapa jenis komplikasi yang mungkin muncul, antara lain:

    1. Deep vein thrombosis.

    Sebagian pengidap stroke akan mengalami penggumpalan darah di tungkai yang berujung pada kelumpuhan. 

    Kondisi yang dikenal dengan deep vein thrombosis ini terjadi akibat terhentinya gerakan otot tungkai, sehingga aliran pada pembuluh darah vena tungkai mengalami gangguan. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah. Deep vein thrombosis dapat ditangani dengan obat antikoagulan.

    2. Hidrosefalus

    Sebagian pengidap stroke hemoragik dapat mengalami hidrosefalus, yaitu menumpuknya cairan di dalam rongga jauh pada otak (ventrikel). 

    Dokter bedah saraf akan memasang sebuah selang ke dalam otak untuk membuang cairan yang menumpuk tersebut.

    3. Masalah menelan (disfagia)

    Kerusakan yang disebabkan oleh stroke dapat mengganggu refleks menelan atau disfagia. Akibatnya, makanan dan minuman berisiko masuk ke dalam saluran pernapasan. 

    Tanpa penanganan, disfagia dapat menyebabkan pneumonia aspirasi.

    Pencegahan Stroke

    Cara utama mencegah stroke adalah menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu, kenali dan hindari faktor risiko yang ada serta ikuti anjuran dokter. Berbagai tindakan pencegahan , antara lain:

    1. Menjaga pola makan

    Terlalu banyak mengkonsumsi makanan asin dan berlemak dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah dan risiko hipertensi yang memicu terjadinya .

    Oleh karena itu, hindari makanan yang banyak mengandung garam.

    Selanjutnya, makanan yang disarankan adalah makanan yang kaya akan lemak tidak jenuh, protein, vitamin, dan serat. 

    Seluruh nutrisi tersebut bisa diperoleh dari sayur, buah, biji-bijian utuh, dan daging rendah lemak seperti dada ayam tanpa kulit.

    2. Rutin berolahraga

    Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan sistem peredaran darah bekerja lebih efisien. Olahraga juga dapat menurunkan kadar kolesterol dan menjaga berat badan serta tekanan darah pada tingkat yang sehat.

    3. Berhenti merokok

    Perokok berisiko dua kali lipat lebih tinggi terkena stroke. Sebab rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat darah mudah menggumpal. 

    Tidak merokok berarti turut mengurangi risiko berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit paru-paru dan jantung.

    4. Hindari konsumsi minuman beralkohol

    Minuman keras mengandung kalori tinggi. Jika dikonsumsi secara berlebihan, seseorang rentan terhadap berbagai penyakit pemicu , seperti diabetes dan hipertensi. 

    Konsumsi minuman beralkohol berlebihan juga dapat membuat detak jantung menjadi tidak teratur.

    5. Hindari penggunaan NAPZA

    Beberapa jenis Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif (NAPZA) dapat menyebabkan penyempitan arteri dan mengurangi aliran darah.